RSS

Senin, 16 Juni 2014

Pengalaman Berdagang



PENGALAMAN BERDAGANG DI BIMA

Pagi yang sangat cerah, saya harus bersiap-siap untuk  melakukan aktivitas di Bima, waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB. Tepat pukul 06.05 WIB firman sudah menjemputku dirumah, sebelum pergi saya terlebih dahulu perpamitan kepada ibu dan nenek, “Firman, titip Yuli ya.” Teriak ibuku lalu Firman berkata “Iya Ibu”. Saya sangat kaget ketika mendengar ibu berkata seperti itu pada Firman, lalu saya berkata “Mih mah mani nyarios kitu jiga Neng na bade kamana wae iiiehhh”. “Nya teu nanaon atuh bising aya nanaon Neng na” saut ibuku.
“Yul, kita langsung ke Bima aja yuks takut diabsen. Pak Andi sukmanurmandi kan kalo telat datang suka dicatet, Saya sudah sering terlambat jadi kita langsung ke Bima aja ya” saut Firman. “Ya hayu aja, mungkin golongan Erni sama Umni udah berangkat duluan soalnya Teh Aan aja datang ke warung Zezen dari jam 06.30 WIB tau” jawabku. Entah berapa kecepatan motor Firman saya merasa dia menggas motornya dengan kecepatan yang tinggi.
Pukul 06.50 WIB saya dan Firman sudah sampai di Bima, kami kebingungan harus mencari Pak Andi dimana sedangkan Bima sangat luas. Akhirnya saya berinisiatif untuk mengirim pesan WhatsApp ke Ayu, lalu dia memberitahu bahwa Pak Andi sudah menunggu disamping lapangan senam menggunakan baju merah, topi merah dan celana hitam. Karena kebingungan maka saya terlebih dahulu mencari Ayu dan Intan. Setelah kami bertemu, kami langsung mencari Pak Andi. Kami bertemu Pak Andi disamping lapangan senam, lalu Pak Andi berkata “Yang lain udah sampai belum? Kalo belum kita tunggu yang lain dulu ya. Bapak juga lagi nungguin mahasiswa STIKes sama anak STEI semester 4 Karyawan”.
Sambil nunggu teman-teman yang lain maka kami jalan-jalan terlebih dahulu mencari sepatu yang murah dan bagus. Dalam perjalanan mencari sepatu. Saya berkata “Padahal ini tempat olahraga ko mereka pada gaya banget si aku aja pake celana olahraga tapi mereka? Widihhh kaya orang yang mau mejeng cuy hahaaa”. “Disini si bukan cuma tempat olahraga Yul, tapi tempat mejeng juga. Saya aja dulu sering banget ke sini.” Jawab Firman. “Widihhh gaya banget kamu, mau mejeng aja sampe sejauh ini hahaaa” ledekku. Praktek lapangan ke Bima adalah pertama kalinya saya pergi pagi-pagi ke Bima jadi wajar sedikit tidak mengikut perkembangan zaman hahaaa.
Akhirnya teman-teman satu perjuangan denganku telah datang, tepat setelah selesai senam Pak Andi memberikan perintah untuk berkumpul. Lalu Pak Andi berkata “Sekarang kita bakalan praktek lapangan, kalian harus belajar mendagangkan dagangan orang lain. Sok kalian mau dagang apa saja yang penting kalian harus mendapatkan keuntungan Rp.10.000 selama 1 jam. Sekarang pukul 07.30 WIB, kalian harus sudah kumpul kembali disni pukul 08.30 WIB paham? Bapak bakalan tunggu diwarung itu” sambil menunjuk pada warung yang ditugu.  “Paham” saut kami semua.
Saya satu tim dengan sahabatku yang paling kurus yaitu Ernika. Awalnya kami kami berfikir akan menjual minuman seperti Es Tong Ji, tapi sayangnya pemilik dagangan yang kami kunjungi tidak menyediakan nampan. Penjual es Tong Ji adalah pedagang pertama yang menolak niat baik kami. Tapi kami tidak berkecil hati dengan serentak kaami berkata “semangat kawan Cuma baru 1 orang yang menolak kita” sambil memberikan senyuman yang penuh keyakinan bahwa pedagang kedua akan menerima niat baik kami. Jadi kami berusaha keras lagi mencari dagangan apa yang pas dan dapat menghasilkan keuntungan juga bagi kami heheee.
Setelah berkeliling Bima, tatapan saya tertuju pada seorang anak kecil yang diperkirakan masih duduk di Sekolah Dasar. Tiba-tiba saja sebuah Ilahm datang heheee, lalu saya berkata pada Ernika “Er, gimana kalau kita dagang balon-balonan aja pasti deh banyak anak kecil yang bakalan beli”. “Kasian juga coba, masih kecil tapi udah dagang baalon-balonan” tambahku. “Ya udah hayu Yul, kamu dagang balon aku dagang alat tulis buat anak-anak gimana?” jawab Ernika. Aku setuju akhirnya kami menghampiri anak itu lalu meminta izin kepada dia.
Alhamdulillah pedagang kedua yang kita kunjungi akhirnya memberikan izin untuk membantu mendagangkan dagangan mereka, ternyata keyakinan kami yang meyakini bahwa pedagang kedua tidak akan menolak niat baik kami membuahkan hasil. Saya membawa 5 buah botol yang berisi air sabun yang dimasukkan diplastik hitam untuk membuat balon-balonan dan Ernika membawa beberapa poster macam-macam huruf dan angka yang akan ditawarkan pada orang tua yang membawa anak-anak.
Kami berkeliling bima sambil menawarkan dagangan yang kami bawa, dengan sedikit rasa malu akan mencoba menawarkan pada ibu-ibu yang membawa anaknya “Ibu, balon-balonan Bu buat anaknya” tawarku pada ibu yang saya jumpai tapi ibu itu tidak merespon tawaran saya. “Enggak apa-apa Er, Cuma baru 1 orang yang nolak. Masa dari sekian banyak pengunjung yang datang ke Bima enggak ada satu orang pun yang mau beli balon-balonan, SEMANGAT KAWAN.!!!!” Kataku penuh dengan semangat J. “Ia Yul, SEMANGAT ayo kita tawarin lagi” jawab Ernika sambil tersenyum J.
Beberapa menit sudah berlalu kami masih saja menawari dagangan yang belum laku satu pun, tak terhitung sudah berapa ibu-ibu dan anak-anak yang kamu tawari tapi belum juga ada yang tertarik. Dalam pertualangan kami mencari pembeli, saya dan Ernika bertemu dengan Fahrul dan Umni yang sedang duduk disamping pedangan susu murni lalu kami mencoba menawari balon-balonan siapa tahu mereka akan membeli tetapi rayuan kami tidak berbuahkan hasil, lebih tepatnya belum karena baru beberapa orang yang kami tawari.
Akhirnya saya langkahkan kaki saya untuk mengelilingi Bima, ditengah keramaian kami bertemu dengan Rahmat dan Abenk, “Kaka balon-balonannya? Ayo dong Ka beli ayo dong Ka ayo” godaku pada mereka. “Bukunya juga Ka ayo beli ayo” kata Ernika. Mereka hanya tertawa saat kami menawari balon-balonan dan buku anak-anak sambil berkata “Buat apa saya beli itu, udah kamu aja cepetan beli empek-empek ni enak lho” promosi Abenk. Karena tidak ingin memuang-buang waktu kami pergi lagi berkeliling Bima.
Entah sudah berapa kali saya mengelilingi Bima, setiap kali mengelilingi Bima pasti bertemu lagi dengan Abenk dan Rahmat. Hal yang paling membuat saya iri adalah ketika mereka bisa menjual dagangan mereka, bukan hanya Sbrnk dan Rahmat saya juga berpapasan dengan Teh Aan dan Alfi yang sedang menjual minuman dingin mereka juga sudah berhasil menjual. Makin panas hati saya, “Sabar-sabar” L J saya mencoba menenagkan diri saya sendiri.
Waktu sudah menunjukkan pukul 08.10 WIB dan kami masih belum goal satu pun, akhirnya kami beristirahat didekat penjual roti yang menggunakan cadar. Ernika mencoba mendiskusikan apa yang harus kita lakukan sekarang dengan sisa waktu yang hanya tinggal tersisa beberapa menit, Ernika mencoba meminta izin pada Ibu penjual roti untuk mendagangkan rotinya tapi saya merasa tidak setuju dengan hal itu saya berfikir bahwa “Saya pasti bisa menjual beberapa botol balon, pasti akan ada yang membelinya, selalu ada keajaiban, saya yakin. Cara saya mendagangkan balon salah, harusnya saya mencari tempat atau berdiam diri ditempat anak kecil itu biar saya yang mendagangkannya dengan cara memainkan air sabun itu” .
Karena Ernika bersikukuh akan mencoba menjual roti maka kami kembali ke tempat pedagang balon dan buku anak-anak. Dengan sopan ibu itu berkata “Susah ya Neng dagangnya, wajar Neng disinikan banyak yang dagang sama précis dengan yang ibu jual jadi wajar susah, sok istirahat saja dulu pasti cape J”. “Iya Bu susah L” jawab kami dengan raut wajah yang sedih. Kami beristirahat sejenak lalu saya mencoba memainkan air sabun itu dan mencoba menarik peminat dengan memainkannya dan menjadikannya blon-balonan. Tidak lama kemudian Isti dan Firman menghampiri kami dan menawari kue yang mereka jual dan menanyakan apakah kami sudah menjual dagangan kami, dengan sedih kami menjawab “Belum satu pun yang kami jual, ini bentuk ikhtiar kami ni dengan sisa waktu yang sedikit”.
Akhirnya kami membuahkan hasil, datanglah ibu-ibu dengan mengendarai motor dan membeli dagangan kami. Betapa senangnya hati kami ketika mendapatkan satu pelanggan yang langsung membeli dua buah botol air sabun ukuran besar. Waktu sudah menunjukkan  pukul 08.30 WIB tapi kami masih mencoba mendagangkan air sabun itu sambil berharap keajaiban kedua akan segera datang. Wooowww akhirnya datang lagi satu pembeli yang langsung membeli 2 buah botol air sabun. Betapa gembiranya kami ketika keajaiban itu datang pada saat terakhir, dari penjualan itu kami berhasil mendapat untung sebasar Rp.4.000.
·         Air sabun dengan botol kecil @Rp.3.000 kami jual Rp.4.000
·         Air sabun dengan botol besar @Rp5.000 kami jual Rp.6.000
Saya yakin nama lain dari keajaiban adalah kerja keras, itulah yang saya rasakan saat mencoba menjual balon-balon, pengalaman ini tidak akan saya lupakan. Sebuah pengalaman yang membuat saya sadar hanya untuk mencari uang Rp.4.000 saya harus bekerja keras selama 1 jam lebih.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright Yuli Nurhayati Putri 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .